YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kios-kios yang menjual obat dan alat bantu vitalitas hanya bisa menjaring kalangan tertentu yang jumlahnya terbatas. Namun, seiring bertambahnya toko, hal itu mengindikasikan juga bahwa konsumen mereka bertambah.
"Semakin banyak toko buka. Sekarang, mungkin sudah lebih 100 toko atau 200 toko di DIY," ujar Nana, pemilik Sentra Jamu Sehat dan Vitalitas Shen Li Shop di Pasar Kembang, Kota Yogyakarta, senin (6/7). Shen Li yang berlokasi di area prostitusi ini, sudah buka setahun lalu.
Namun, 90 persen pelanggan adalah kaum laki-laki. Kaum wanita hanya 10 persen. Laki-laki kebanyakan membeli pil kuat untuk ketahanan berhubungan seks, sedangkan perempuan membeli obat pemutih atau penghilang rambut. Sedikitnya pembeli wanita ditengarai karena masih sungkan.
Obat-obat yang dijual, terutama pil, serbuk, spray, dan obat oles, 70 persen buatan China. Untuk pil, harga bervariasi. Namun, yang terlaris ada di rentang harga Rp 15.000 (empat tablet). Nana bisa menjual setidaknya 5 pil per minggu. Untuk alat bantuk aneka rupa, semua buatan China. Untuk penis buatan, harganya bisa Rp 450.000, sedangkan vagina buatan, Rp 80.000-Rp 350.000.
"Untuk alat bantu ini, belum tentu seminggu sekali laku. Jika laki-laki, pembeli biasanya bapak-bapak. Jika perempuan, pembelinya ibu-ibu," ujar Dimas dari Acai Shop, Vitalitas dan Kosmetik di Jalan Kaliurang Km 8. Acai baru buka dua bulan.
Pembeli awam pasti kesulitan membaca tulisan di kardus atau kemasan produk karena semuanya berhuruf China. Informasi pemakaian praktis menjadi tugas si penjual. Khusus alat bantu (penis dan vagina buatan), yang terbuat dari silikon, semua buatan China.
Nana menjamin bahwa yang dijual aman. Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) Yogyakarta mengecek rutin kemari dan mengambil sampel. "Mereka yang beli, enggak ada yang komplain karena keracunan atau rugi," katanya.
Nana dan Dimas mengatakan, kadang ada pelajar laki-laki yang datang untuk membeli obat spray penis. "Wah, ada-ada saja, ya," gurau Nana.
Tidak semua penjual di toko obat kuat ini ramah seperti Dimas dan Nana. Salah satu karyawan di Sie Seng, Beauty and Vitality Shop, Jalan Monjali, Sleman, berkata dengan ketus. "Bos saya sudah bilang untuk tidak melayani wawancara," ujar lelaki itu.
Senin, 6 Juli 2009 | 21:16 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar