JAYAPURA, KOMPAS.com - Masyarakat harus bersikap kritis terhadap muatan yang dirumuskan lembaga-lembaga tertentu baik pemerintah maupun swadaya masyarakat dalam memberikan materi pendidikan seks bagi remaja karena dapat menyemarakkan pergaulan bebas di kalangan anak muda. Hal tersebut diungkapkan Praktisi Kesehatan, Davina Chairunnisa,S.Kep,Ners di Jayapura, Minggu (28/6).
Menurutnya, hal tersebut disebabkan program pendidikan seksual saat ini tidak hanya mencakup fakta-fakta biologis, tapi juga menyuguhkan informasi dan keterampilan praktis kepada para remaja mengenai berkencan, pengenalan alat kontrasepsi serta penggunaannya dalam melakukan hubungan seksual yang sehat dan aman.
Di Indonesia pemerintah melalui BKKBN mengeluarkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi melalui penyuluhan, seminar, buku saku dan dirumuskan dalam kurikulum formal maupun non formal.
"Hal yang harus diwaspadai, dari segi muatan, materi yang disampaikan berisi gambar dan penjelasan yang vulgar dan provokatif sehinggga malah menimbulkan keinginan para remaja untuk mencoba melakukan hubungan seksual," tandas Davina yang juga merupakan aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Lebih lanjut dia mengatakan, kebanyakan materi pendidikan seks yang saat ini sering digunakan untuk sosialisasi di kalangan remaja bersifat tidak tepat sasaran. "Seharusnya muatan pendidikan seperti itu lebih tepat untuk pasangan suami istri atau pasangan yang hendak menikah," ujarnya.
Davina mencontohkan, dampak dari pendidikan seks remaja yang keliru menyebabkan kaum remaja di banyak negara yang belum menikah malah menjadi kelompok yang lebih aktif melakukan kegiatan seks di luar nikah dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja tentu akan memunculkan permasalahan sosial dan moral lainnya. Seperti jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, maka kemungkinan akan ada "pembunnuhan" terhadap jiwa-jiwa yang tidak berdosa melalui aborsi.
Oleh karena itu, Davina menghimbau agar masyarakat, khususnya orang tua mampu menjalankan perannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka tentang seks yang benar. Selain itu, sinergi antara orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah juga harus dilakukan untuk menghindari segala bentuk kegiatan yang mengarahkan generasi muda terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah, sementara 21 persen di antaranya
"Membatasi penyelidikan ke keluhan-keluhan mengenai ketidakberesan hingga penghitungan kembali 10 persen kotak suara tidak dapat menarik kepercayaan rakyat dan meyakinkan pendapat umum mengenai hasil itu," Mouzavi mengatakan.
Abbasali Kakhodai, jurubicara Dewan Wali, mengatakan pada kantor berita Mehr Jumat malam bahwa para calon memiliki 24 jam untuk menunjuk wakil-wakil mereka untuk panel tersebut.
Calon di tempat ketiga Mohsen Rezai mengatakan Sabtu bahwa ia siap untuk meladeni panel itu dan minta rekan-rekannya yang kalah, Mousavi dan pembaru Mehdi Karroubi, untuk bergabung dengannya. Badan arbitrasi politik penting Iran, Dewan Kebijaksanaan, minta semua calon untuk bekerjasama.
Selasa, Juli 07, 2009
Pendidikan Seks Remaja Harus Disikapi Kritis
Minggu, 28 Juni 2009 | 06:41 WIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar